22 research outputs found
Analisis Strategi Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Berbasis Resiliensi (Studi Kasus di Teluk Doreri, Kabupaten Manokwari)
Pengelolaan terumbu karang berbasis resiliensi merupakan paradigma baru dan
telah menjadi konsep kunci untuk mendukung kemampuan sistem terumbu karang
dalam menghadapi tekanan lokal dan dampak perubahan iklim. Pengelolaan berbasis
resiliensi mencakup dua aspek penting, yaitu penilaian potensi resiliensi secara spasial
dan perencanaan atau strategi pengelolaan yang sesuai dengan kondisi resiliensi
sistem terumbu karang. Sejauh ini penelitian-penelitian untuk menentukan indikatorindikator
penilaian resiliensi telah mengalami kemajuan yang berarti, namun masih
terbatas dalam kerangka kerja untuk merumuskan strategi pengelolaan berdasarkan
kondisi resiliensi ekosistem terumbu karang. Penelitian ini mengkombinasikan
pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam penilaian resiliensi ekosistem terumbu
karang, yaitu penilaian potensi rezime/status terumbu karang, penilaian potensi
resiliensi dan penilaian potensi tekanan/stres dalam satu kerangka kerja (framework)
untuk menentukan tindakan dan strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang di
kawasan Teluk Doreri, Kabupaten Manokwari.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) menganalisis status dan potensi rezim-rezim
terumbu yang ada di ekosistem terumbu karang; 2) menganalisis potensi resiliensi
ekologi terumbu karang; 3) menganalisis potensi tekanan aktivitas manusia terhadap
terumbu karang; 4) memodelkan skenario perubahan tekanan terhadap resiliensi dan
status terumbu karang; 5) merumuskan strategi pengelolaan yang mendukung
resiliensi dan keberlanjutan ekosistem terumbu karang. Penelitian ini akan
berkontribusi dalam mengisi kekosongan basis data terumbu karang, menyediakan
informasi tentang kondisi terkini resiliensi ekosistem terumbu karang, serta
berkontribusi dalam penyempurnaan kerangka kerja yang mengakomodir aspek
penilaian resiliensi dalam perencanaan pengelolaan terumbu karang.
Penelitian ini menerapkan metode deskriptif dengan observasi lapangan, studi
dokumentasi, studi pustaka dan pemodelan statistik sebagai sumber datanya. Variabelvariabel
yang digunakan dikelompokkan dalam 3 kelompok variabel, yaitu variabel
proses, variabel tekanan dan variabel habitat bentik. Data dikumpulkan dengan
menerapkan pendekatan lapangan (observasi dan wawancara), analisis laboratorium
dan analisis spasial. Potensi rezim terumbu karang dinilai dengan menerapkan statistik
deskriptif (mean±SE), analisis PSI (phase shift index), korelasi PCA, hierarchical
cluster, dan K-means cluster. Pola spasial perubahan terumbu karang diperoleh
melalui pemrosesan citra satelit Landsat multisensor dan multitemporal. Analisis
potensi resiliensi relatif dan potensi tekanan mengikuti metode perhitungan menurut
Maynard et al. (2015) yang meliputi proses kompilasi, normalisasi, pengaturan skala satu arah, perhitungan nilai rata-rata, perhitungan nilai potensi relatif dan penentuan
ranking lokasi/site. Penentuan tindakan pengelolaan dilakukan melalui kueri nilai
potensi resiliensi dan tekanan terhadap kriteria pengelolaan. Analisis persepsi
masyarakat dilakukan melalui penerapan metode tabulasi yang didahului proses
editing dan coding. Metode hybrid A’WOT diterapkan untuk analisis prioritas strategi
pengelolaan ekosistem terumbu karang.
Hasil menunjukkan bahwa rata-rata persentase karang hidup di Teluk Doreri
46,75%, dimana tergolong cukup baik, namun demikian ada potensi perkembangan
rezim abiotik dan alga yang diperkuat dengan pola spasial tren pengurangan tutupan
karang hidup yang cukup tajam dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Potensi resiliensi
ekosistem terumbu karang umumnya masih cukup baik berdasarkan indikator-indikator
proses resiliensi, namun terdapat kelemahan pada aspek indikator biomassa dan
kehadiran kelompok fungsional ikan herbivora. Hampir 50% lokasi yang disurvei
menghadapi potensi tekanan atau stress yang tinggi, bahkan 70% lokasi mengalami
tekanan tinggi khusus dalam bentuk tekanan penangkapan. Hasil queri terhadap
kriteria-kriteria penentuan area target dan tindakan pengelolaan menunjukkan bahwa
pengelolaan perikanan dan penegakan hukum adalah prioritas yang utama, disamping
juga pemantauan pemutihan karang (bleaching) dan dukungan pemulihan. Prioritas
strategi utama adalah meningkatkan keterpaduan antar sektor dan stakeholder dalam
pengelolaan terumbu karang, membangun perilaku dan partisipasi aktif masyakat
dalam pelestarian dan pengelolaan ekosistem terumbu karang, dan meningkatkan
pemantauan kondisi terumbu karang dan efektifitas penegakan hukum. Berdasarkan
hasil disarankan program pemantauan jangka panjang juga perlu dilakukan untuk
memperoleh tren indikator-indikator proses resiliensi dan tantangan resiliensi.
Disamping itu perlu upaya untuk meningkatkan kesadaran, pemahaman, serta
dukungan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang
mulai dari proses perencanaan sampai pengawasan dan evaluasi
Analisis Spasial dan Temporal Terumbu Karang Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 dan Landsat 7 (Studi Kasus : Kawasan Pantai Tampora, Kecamatan Banyuglugur, Kabupaten Situbondo)
Terumbu karang memiliki peran yang sangat besar. Terumbu karang merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai dan arti yang sangat penting baik dari segi fisik, biologi maupun sosial ekonomi. Selain itu terumbu karang juga merupakan habitat bagi sebagian besar biota di perairan pelagis. Karena itu, kerusakan ekosistem terumbu karang dapat mengakibatkan terganggunya seluruh kehidupan di laut dan pantai yang ada di wilayah tersebut. Indonesia memiliki letak yang sangat strategis dalam proses pertumbuhan terumbu karang. Salah satunya daerah Kabupaten Situbondo. Dengan potensi alam yang dimiliki Situbondo, area ini populer di kalangan wisatawan lokal, dimana pemerintah setempat pun terus berusaha meningkatkan kepariwisataan daerahnya.salah satunya adalah wilayah Pantai Tampora. Tapi sangat disayangkan, meski penduduk setempat mayoritas bersandar pada sumber daya laut sebagai mata pencaharian, kesadaran mereka akan kelestariannya sangat rendah. Maka dari itu dilakukannya penelitian mengenai persebaran terumbu karang di Pantai Tampora. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk melihat persebaran dan perubahan luasan dari terumbu karang yang ada di Pantai Tampora. Metode yang dipakai pada penelitian ini yaiteng dengan metode transek garis untuk melihat tutupan karang, dan juga dengan Algoritma Lyzenga dan klasifikasi tidak terbimbing untuk metode peta persebaran karang. Algoritma Lyzenga berfungsi untuk klasifikasi daratan maupun perairan
Analisis Karakteristik Pasang Surut Perairan Pelabuhan Serui Menggunakan Metode Admiralty Dan Naotide
Penelitian tentang analisi pasang surut perlu dilakukan karena pasang
surut merupakan fenomena alam yang dapat mempengaruhi wilayah pesisir,
transportasi laut, keselamatan pelayaran, dan sebagainya. Pasang Surut itu
sendiri dapat diartikan sebagai pergerakan naik turunnya situasi laut secara
periodik dalam skala yang luas. Istilah pasut umumnya dikaitkan dengan proses
naik turunnya posisi laut secara periodik yang disebabkan oleh magnet benda-
benda luar angkasa, terutama matahari dan bulan, terhadap jutaan air di bumi.
Pelabuhan Serui merupakan salah satu pelabuhan yang padat akan tranportasi
laut dimana banyak kapal laut yang akan bersandar di pelabuhan tersebut.
Sedangkan untuk Perairan Serui berada pada sisi selatan pelabuhan serui dimana
data pasang surut perairan tersebut sangat dibutuhkan untuk transportasi kapal
yang ingin bersandar. Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu
pengambilan data lapang dan pengolahan data pasut tersebut. Pengambilan data
lapang dilakukan di Perairan Pelabuhan Serui, Papua pada tanggal 14 April hingga
12 Mei 2017. Pada pengambilan data, peneliti tidak melakukan pengambilan data
secara langsung melainkan diperoleh dari Pusat Hidrografi dan Oceanografi TNI-
AL (PUSHIDROSAL). Selain itu peneliti juga menambahkan data sekunder dari
website opensource dari Badan Informasi dan Geospasial (BIG) sebagai
pembanding dari kedua metode.
Pada pengolahan data pasang surut digunakan software untuk
menjalankan perhitungan pasang surut yaitu Microsoft Excel. Sedangkan metode
yang digunakan untuk menghitung prediksi pasang surut adalah NaoTide. Pada
perhitungan admiralty menghasilkan komponen-komponen pasut untuk
mengetahui jenis dan karakteristik dengan menggunakan rumus formzahl. Hasil
yang diperoleh dari perhitungan Admiralty dan NaoTide menunjukkan hasil yang
sama bahwa perairan di Pelabuhan Serui dikategorikan pasang surut condong
harian ganda. Sedangkan pada pengolahan data BIG pada tahun 2017-2020 pada
bulan yang sama didapatkan hasil pasut campuran condong harian ganda. Hal itu
menunjukkan kecocokan dari berbagai metode dan data yang digunakan pada
penelitian. Selain itu, dari berbagai metode dan data yang digunakan memiliki
keunggulan dan kekurangan masing-masin
Analisis Spasial Daerah Tergenang Banjir Rob dan Dampaknya Terhadap Penggunaan Lahan di Wilayah Kota Tegal Jawa Tengah
Kota Tegal merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah, di mana letaknya berbatasan langsung dengan Pantai Utara Pulau Jawa. Wilayah utara Kota Tegal memiliki nilai elevasi yang rendah, yaitu 0-3 mdpl. Hal tersebut menyebabkan wilayah Kota Tegal berpotensi terdampak banjir rob. Tingginya potensi banjir rob di wilayah pesisir Kota Tegal menyebabkan perlu adanya upaya mitigasi. Pembuatan peta model genangan banjir rob dan dampaknya terhadap penggunaan lahan merupakan salah satu upaya untuk membantu memberikan informasi mengenai besar dampak yang ditimbulkan dari fenomena banjir rob yang selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu informasi dasar dalam membentuk rencana mitigasi.
Penelitian tentang daerah tergenang banjir rob dan dampaknya terhadap penggunaan lahan di wilayah Kota Tegal, Jawa Tengah dilakukan pada bulan Juli - Desember 2022. Pemodelan genangan banjir rob menggunakan metode Raster Calculator yang membutuhkan data DEM sebagai parameter elevasi dataran dan data pasang surut sebagai parameter ketinggian banjir rob. Perhitungan luas genangan rob menggunakan tools Calculate Geometry yang terdapat pada software ArcGIS 10.3. Prediksi genangan banjir rob dihitung dengan nilai tren kenaikan muka air laut Kota Tegal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketinggian banjir rob pada tahun 2021 dengan nilai tertinggi terjadi pada bulan November, yaitu dengan nilai 0,83 meter dan total luas wilayah Kota Tegal yang terdampak banjir rob adalah 678,31 ha. Wilayah yang berpotensi tinggi terdampak genangan banjir rob di Kota Tegal adalah wilayah pesisir meliputi Kecamatan Margadana, Kecamatan Tegal Barat, dan Kecamatan Tegal Timur. Kecamatan Tegal Selatan tidak berpotensi terdampak banjir rob disebabkan wilayahnya memiliki elevasi yang lebih tinggi. Penggunaan lahan di Kota Tegal yang dominan terdampak banjir rob adalah area tambak, yaitu seluas 372,82 ha atau 78,69% dari total luas penggunaan lahan tambak di Kota Tegal. Faktor utama kawasan tambak berpotensi tinggi terdampak banjir rob karena terletak di wilayah pesisir yang memiliki nilai elevasi rendah. Hasil analisis ketinggian banjir rob pada prediksi 5 tahun (tahun 2026) adalah 0,96 meter, sedangkan pada prediksi 10 tahun (tahun 2031) adalah 1,08 meter. Diketahui luas genangan banjir rob akan semakin meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor terutama kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh pemanasan global
Pemetaan Sebaran Mangrove menggunakan Citra Satelit Landsat 8 dan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) di Kawasan Pengelolaan Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Mangrove merupakan vegetasi khas yang ditemukan hidup di daerah pantai dan muara sungai yang kehidupannya dipengaruhi oleh arus dan pasang surut air laut. Inventarisasi yang dilakukan di areal hutan mangrove secara terestrial akan sangat sulit dan terkendala dari permasalahan waktu, biaya dan tenaga. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif dalam mengatasi hal tersebut. Alternatif yang dipandang sesuai dan mampu dalam mengamati hutan mangrove tanpa bersentuhan langsung dengan objek yaitu menggunakan teknologi penginderaan jauh. Kawasan Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna merupakan destinasi ekowisata di Kabupaten Malang yang memiliki luas area konservasi mangrove mencapai 71 hektar dan dikelola oleh kelompok masyarakat bernama ‘Bhakti Alam Sendang Biru’.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melanjutkan model dari studi kasus yang pernah dilakukan sebelumnya. Pemanfaatan citra resolusi menengah menggunakan citra satelit Landsat 8 dianggap mampu untuk mengidentifikasi keberadaaan sebaran mangrove, akan tetapi belum mampu mengidentifikasi hingga sebaran spesies mangrove. Oleh sebab itu, penelitian ini juga memanfaatkan citra resolusi tinggi menggunakan teknologi Unmanned Aerial Vehicle (UAV) drone untuk menganalisis sebaran jenis mangrove pada daerah Clungup Barat 1, yang berada di kawasan CMC Tiga Warna dengan metode pendekatan berbasis objek yaitu Object - Based Image Analysis (OBIA). Selanjutnya, akan dilakukan validasi dengan objek sampel di lapangan (uji akurasi). Penentuan titik referensi untuk pengambilan sampel di lapangan menggunakan metode purposive sampling kemudian sampel dianalisis untuk mengetahui komposisi jenis mangrove dan Indeks Nilai Penting (INP) jenis mangrove pada daerah tersebut.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebaran mangrove di kawasan CMC Tiga Warna memiliki luas distribusi sebesar 57,96 ha berdasarkan klasifikasi citra Landsat 8. Komposisi jenis mangrove yang ditemukan pada Clungup Barat 1 terdiri atas 8 (delapan) jenis komponen mangrove mayor, 2 (dua) jenis komponen mangrove minor dan 7 (tujuh) jenis komponen mangrove asosiasi. Struktur vegetasi mangrove menunjukkan Indeks Nilai Penting tertinggi dari jenis mangrove pada daerah Clungup Barat 1 berdasarkan kategori pertumbuan yaitu spesies Sonneratia alba (pohon) dan Ceriops tagal (belta dan semai). Dari hasil uji akurasi yang telah dilakukan, tingkat akurasi pemetaan mangrove menggunakan citra UAV cukup tinggi yaitu sebesar 86,05% (Akurasi Keseluruhan)
Deteksi Coral Reef Bleaching Menggunakan Citra Satelit Multisensor Resolusi Menengah di Perairan PLTU Paiton Probolinggo
Perubahan iklim diakui secara internasional sebagai salah satu ancaman
terbesar bagi terumbu karang di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kerusakan
sering terjadi pada ekosistem terumbu karang akibat dari faktor alami dan buatan.
Kerusakan terumbu karang akibat faktor buatan dapat terjadi karena sedimentasi
dan pencemaran lingkungan, sedangkan akibat faktor alami dapat disebabkan
oleh naik-turunnya suhu permukaan laut. Pemutihan karang massal terjadi di
Indonesia pada tahun 2016, termasuk di Perairan PLTU Paiton akibat Fenomena
El Nino tahun 2016. Naiknya suhu permukaan laut yang menyebabkan terjadinya
pemutihan karang di Perairan PLTU Paiton tidak hanya berasal dari pemanasan
global, tetapi terdapat juga pengaruh dari aktivitas PLTU Paiton. Teknologi
penginderaan jauh telah diverifikasi sebagai alat yang berguna untuk melakukan
pemantauan sumberdaya alam, salah satunya terumbu karang. Deteksi
pemutihan terumbu karang menggunakan teknologi penginderaan jauh ini ingin
menggambarkan pemantauan pemutihan karang menggunakan citra satelit yang
sudah dilakukan koreksi agar mendapatkan hasil yang dapat mempresentasikan
gambaran lapang.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2021 hingga November 2021
dengan data primer yang digunakan yaitu berasal dari citra satelit Sentinel-2 Multi
Spectral Imagery (MSI) untuk deteksi dugaan titik pemutihan karang dan citra
satelit Landsat-8 Surface Reflectance (SR) untuk nilai sebaran suhu permukaan
laut pada periode tahun 2016 – 2020. Pengolahan data deteksi pemutihan karang
menggunakan algoritma lyzhenga untuk koreksi kedalaman perairan dan
memanfaatkan nilai spektrum untuk mendeteksi titik dugaan pemutihan karang
dengan nilai untuk healthy coral sebesar 0.05 – 0.1 sr-1 dan bleached coral sebesar
0.13 – 0.15 sr-1. Data In Situ pada penelitian ini yaitu data suhu permukaan laut di
beberapa titik pengamatan area PLTU Paiton pada tahun 2020 dan data
pemantauan karang dari tahun 2016 – 2020 di 5 lokasi pengamatan yaitu Binor,
Mercusuar, Water Intake, Water Discharge Barat dan Water Discharge Timur.
Sebaran pemutihan karang di Perairan PLTU Paiton Probolinggo pada bulan
Juli di periode tahun 2016 – 2020 terdeteksi dominan di titik yang jauh dari outlet
tempat keluarnya air bahang dari PLTU, sedangkan area dekat outlet yaitu Water
Discharge sangat sedikit terdeteksi dugaan pemutihan karang dengan luas
pemutihan karang terbesar berada di tahun 2016 dengan luas 1.5 Ha yang
dipengaruhi oleh adanya fenomena El-Nino yang terjadi pada periode
pertengahan 2015 hingga pertengahan 2016 yang menyebabkan suhu permukaan
laut lebih tinggi pada tahun 2016. Hasil pengukuran SPL in situ pada tahun 2020
dan sebaran SPL rata-rata citra pada tahun 2016 – 2020 menunjukan bahwa SPL
di perairan PLTU Paiton, khususnya pada outlet tempat keluarnya limbah air
bahang masih dibawah BML yaitu 33.9 ÌŠC, sehingga air bahang yang dikeluarkan
masih dibawah baku mutu yang ditetapkan
Analisis Sebaran Terumbu Karang Terhadap Kesesuaian Snorkeling di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
Kawasan pesisir memiliki potensi sumberdaya kelautan dari berbagai ekosistem penyusun di dalamnya. Terumbu karang merupakan salah satu dari potensi sumberdaya kelautan yang ada di Indonesia. Peranan terumbu karang secara sosial ekonomi salah satunya adalah sebagai destinasi wisata bahari seperti snorkeling. Pulau Pari merupakan pulau karang timbul dengan tipe pantai berpasir yang termasuk dalam salah satu destinasi wisata bahari. Terumbu karang tergolong rentan terhadap perubahan lingkungan. Untuk mengimbangi antara kegiatan wisata dan kondisi ekologi di kawasan ini maka diperlukan data terbaru yang berkaitan dengan sumberdaya kelautan yang terdapat di Pulau Pari. Salah satu metode penginderaan jauh yang dapat memetakan persebaran terumbu karang, yaitu metode klasifikasi Object Based Image Analysis dengan citra yang digunakan salah satunya citra satelit Sentinel-2A. Analisis sebaran terumbu karang dilakukan untuk mengetahui sebaran terumbu karang secara visual dan analisis kesesuaian wisata untuk mengetahui kondisi terkini di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2023. Pengambilan data lapang dilakukan pada 13-16 Maret 2023 di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pembuatan peta sebaran terumbu karang dilakukan menggunakan Citra Satelit Sentinel-2A dengan menerapkan klasifikasi Object Based Image Analysis menggunakan algoritma Support Vector Machine. Pengambilan data lapang dilakukan untuk melakukan ground check hasil interpretasi citra dan melakukan pengukuran parameter kesesuaian wisata. Parameter kesesuaian wisata meliputi persentase tutupan karang, jenis life form, kecerahan perairan, kedalaman terumbu karang, kecepatan arus, dan lebar hamparan karang yang dilakukan di tiga stasiun. Hasil ground check digunakan sebagai data uji akurasi dan membangun model peta persebaran terumbu karang. Sedangkan, data parameter kesesuaian wisata dilakukan perhitungan menggunakan indeks kesesuaian wisata.
Peta persebaran terumbu karang di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta menunjukkan terumbu karang memiliki persebaran dengan bentuk karang tepi dengan luas karang sebesar 342,28 ha. Tutupan karang hidup sebesar 27,28-43,51% yang termasuk kategori sedang dengan life form karang yang mendominasi, yaitu acropora branching dan coral massive. Lokasi karang di Pulau Pari berdasarkan stasiun pengamatan memiliki nilai indeks kesesuaian wisata sebesar 53,70-62,96%. Hal tersebut menandakan baik Stasiun Goba, Stasiun Barat, dan Stasiun Selatan termasuk kategori cukup sesuai untuk kegiatan wisata snorkeling
Hubungan Persebaran Habitat Bentik Dengan Parameter Oseanografi di Pulau Pari, Kepulauan Seribu
Wilayah Pulau Pari memiliki banyak keanekaragaman hayati dan biota laut
yang memiliki peran penting bagi kehidupan makhluk hidup. Organisme laut
sangat bergantung kepada habitat bentik. Pada habitat bentik, perlu dilakukan
monitoring secara berkelanjutan. Hal ini dikarenakan, ekosistem terumbu karang
dan lamun sangat rentan dan sensitif terhadap kondisi lingkungan, sehingga
berpotensi untuk mengalami kerusakan. Penurunan luas habitat bentik dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah parameter oseanografi.
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengkaji hubungan antara luas habitat bentik
dengan parameter oseanografi, kondisi dari habitat bentik di Pulau Pari, serta
faktor yang mempengaruhi kerusakan habitat bentik.
Peneliti melakukan pembuatan peta persebaran habitat bentik
menggunakan citra satelit Sentinel-2, untuk mengetahui persebaran habitat bentik.
Pengambilan data parameter dilakukan dengan mengekstrak data suhu perairan
dari citra satelit AquaModis dan citra satelit Sentinel-2 untuk mengekstrak data
salinitas dan TSM (Total Suspended Matter). Hasil dari titik sampel pengambilan
nilai ketiga parameter tersebut, dilihat pada titik tersebut jenis habitat bentik yang
hidup serta luasannya. Tahapan yang dilalui selanjutnya adalah peneliti
melakukan uji regresi dan uji korelasi antara parameter terhadap luas habitat
bentik untuk menganalisis hubungan antara parameter terhadap luas habitat
bentik. Peneliti juga melakukan analisis terkait apakah nilai parameter tersebut
telah sesuai dengan kebutuhan habitat bentik. Pada pengambilan data di lapang,
dilakukan pengambilan data ground check untuk uji akurasi peta, kemudian
digunakan metode LIT (Line Intercept Transect) pada 3 stasiun, yaitu goba, barat,
dan selatan untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang, dan
pengamatan citra untuk mengetahui kondisi ekosistem lamun. Pada pengambilan
data lapang, juga dilakukan pengukuran parameter perairan lainnya, yaitu pH dan
kecerahan sebagai data pendukung untuk mendeskripsikan kondisi perairan di
wilayah kajian.
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan nilai rata-rata suhu
perairan sebesar 29,46°C, nilai rata-rata salinitas perairan sebesar 29,80 ppm, dan
nilai rata-rata TSM sebesar 22,62 mg/l. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan
didapatkan hubungan antara parameter dengan luas habitat bentik. Pada
perhitungan uji statistik juga diperoleh derajat hubungan yang sangat kuat antara
parameter suhu terhadap luas habitat bentik yaitu sebesar 0,785, derajat
hubungan yang sedang antara parameter salinitas terhadap luas habitat bentik
yaitu sebesar 0,367, serta derajat hubungan yang kuat antara parameter TSM
terhadap luas habitat bentik yaitu sebesar -0,729. Hal ini sesuai dengan keadaan
habitat bentik yang buruk serta parameter yang buruk pula. Keadaan ekosistem
terumbu karang di Pulau Pari, didapatkan nilai tutupan karang pada 3 stasiun yang
masuk kedalam kategori sedang (fair). Sedangkan keadaan ekosistem lamun di
Pulau Pari, masuk kedalam kategori rusak (miskin)
Estimasi Stok Karbon Pada Vegetasi Mangrove Menggunakan Citra Satelit Sentinel-2 di Wilayah Probolinggo, Jawa Timur
Kenaikan suhu akibat dari pemanasa global terhitung dari 1908 telah
meningkat sebesar 1,9°F atau 0,9°C. Hal ini disebabkan oleh jumlah CO² di
atmosfer yang semakin banyak hasil dari emisi gas rumah kaca oleh manusia.
Mangrove yang merupakan ekosistem khas pesisir tropis dan dapat hidup pada
kondisi lingkungan yang ekstrim memiliki peran sebagai penyerap karbon di udara.
Tumbuhan pesisir dapat menyerap karbon lebih banyak dari tumbuhan darat dan
menyimpannya pada sedimen, oleh karena itu pentingnya mengetahui jumlah stok
karbon dari suatu hutan mangrove pada wilayah pesisir di Indonesia untuk
membantu penanggulangan dari pemanasan global. Dalam upaya mengetahui
jumlah stok karbon pada vegetasi mangrove sering kali diperlukan biaya, sarana
dan prasarana yang tidak sedikit untuk penelitian ke lapang, penggunaan salah
satu metode penginderaan jauh untuk mengestimasi jumlah stok karbon di
lapangan dapat digunakan untuk menekan biaya dan mendapatkan data secara
berkelanjutan.
Lokasi penelitian berada di Desa Pesisir, Kelurahan Ketapang dan
Kelurahan Pilang, Probolingngo yang dilakakukan selama 1 minggu. Citra
Sentinel-2 dipilih karena citra ini memiliki resolusi yang cukup bagus dan jelas
untuk memetakan vegetasi mangrove yaitu sebesar 10 meter. Selain itu, citra ini
juga mimiliki misi mengetahui perubahan lahan, perubahan area hijau dan tingkat
korofil daun. Penggunaan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) sebagai
indeks vegetasi untuk penentuan titik pengambilan lapang dan menghitung jumlah
stok karbon pada vegetasi mangrove. Data lapang yang diambil yaitu parameter
tegakan mangrove diantaranya diameter batang, tinggi pohon identifikasi spesies
mangrove dan tutupan kanopi. Hasil pengambilan data lapang akan dihitung
biomassa dengan persamaan alometrik, kemudian akan dicari stok karbon
mangrove dengan asumsi setengah dari biomassa adalah stok karbon. Dilakukan
uji statistik regresi nonlinier yang mendapatkan hasil regresi eksponensial memiliki
nilai R² tertinggi sebesar 0,5443 dengan persamaan y=82,654e5.9992x. Sedangkan
untuk korelasi antar kedua variabel didapatkan nilai 0,566 yang tergolong sedang.
Persamaan yang didapatkan dari uji regresi akan digunakan menghitung
dan membuat peta kerapatan biomassa dan estimas stok karbon pada Wilayah
Probolinggo. Hasil peta kerapatan biomassa dan estimasi stok karbon dibagi
menjad 4 kelas dari rendah hingga tinggi yang ditandai dengan warna hijau menuju
merah. Nilai biomassa yang dihasilkan dari penelitian ini berkisar dari 191,91
ton/ha hingga 14179 ton/ha, sedangkan untuk stok karbon nilai berkisar dari 95,96
ton/ha hingga 7089,50 ton/ha. Keluarahan Pilang memiliki nilai biomassa dan stok
karbon yang tinggi ditandai dengan warna merah. Hasil uji akurasi menggunakan
standard error estimation (SE) mendapatkan hasil akurasi yang kecil yaitu sebesar
10%. Hal ini dikarenakan area penelitian yang luas 75 ha, sedangkan sampel yang
diambil dan dibuat untuk model kurang mewakili keseluruhan area penelitia
Hubungan Keankeragaman Ikan Karang dengan Genera Karang Keras pada Perairan Bangsring, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timu
Salah satu pantai dan pesisir di Bayuwangi adalah Bangsring yang memiliki
potensi sumberdaya laut yang sudah tidak diragukan lagi meliputi ikan maupun
terumbu karang. Khususnya pada kawasan konservasi ekowisata Bunder
(Bangsring Underwater). Sebelum dilakukan konservasi di perairan Bangsring,
masyarakat sekitar melakukan penangkapan ikan hias secara illegal dengan alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan. Penangkapan dengan alat yang tidak
ramah lingkungan ini berimbas secara langsung terhadap ekosistem terumbu
karang yang menjadi tempat hidup karang keras dan juga ikan karang. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui nilai keanekaragaman karang keras serta ikan
karang dan juga untuk mengetahui nilai hubungan antara ikan karang dan juga
karang keras di Pantai Bangsring, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Pengambilan data dilakukan di 3 stasiun penelitian pada perairan pantai
Bangsring pada tanggal 1 – 7 April 2021. Pemilihan stasiun penelitian dilakukan
dengan menggunakan metode purposive sampling. Parameter Kualitas perairan,
data karang keras, dan ikan karang merupakan beberapa variabel yang di ambil
di perairan Bangsring menggunakan metode Underwater Photo Transect (UPT)
dan Underwater Visual Cencus (UVC). Parameter kualitas perairan yang diambil
berupa data suhu (oC), salinitas (ppt), Kecerahan (%), pH, kedalaman.
Perairan Bangsring memiliki persentase tutupan karang keras sebesar
22,41% yang masuk kategori rusak yang disebabkan faktor alam serta tekanan
manusia seperti kegiatan penangkapan dengan alat yang tidak ramah
lingkungan. Ikan karang yang ditemukan pada 3 stasiun penelitian berujumlah
403 spesies yang didominasi oleh spesies Pomacentrus Auriventris. Nilai
keanekaragaman Ikan karang dan karas keras masuk kategori kecil, dengan nilai
keanekaragaman ikan karang sebesar 1,25 dan nilai keanekaragaman karang
keras sebesar 1,54. Ikan Karang dan karang keras memiliki nilai hubungan yang
kecil dihitung menggunakan pearson correlation dengan nilai 0,13. Hal ini
membuktikan keduanya memiliki hubungan satu sama lain namun tidak
signifik